Petasan adalah sebuah benda yang biasanya berbentuk gulungan-gulungan kertas yang dipadatkan, mirip gulungan-gulungan bon utang yang dikareti dan disembunyikan.
![]() |
| Petasan Mahal |
Petasan adalah sebuah benda yang biasanya berbentuk gulungan-gulungan kertas yang dipadatkan, mirip gulungan-gulungan bon utang yang dikareti dan disembunyikan.
Didalamnya diisi serbuk hasil dari campuran berbagai ramuan dengan perbandingan tertentu yang bisa menimbulkan ledakan. Ada sumbu sebagai pemicu ketika dinyalakan.
Sebetulnya sampai sekarang saya belum pernah tau apa motif dari mereka yang suka bermain petasan. Selain membahayakan, tentu saja terindikasi menimbulkan kekagetan. Ketika dibeli dan dinyalakan, maka si penikmat akan menutup telinga agar bunyi ledakan itu tidak terdengar. Lalu apa gunanya dinyalakan?
Sebetulnya saya tidak ada masalah dengan petasan karena belum pernah punya konflik pribadi apalagi sampai mengobarkan bendera permusuhan. Tapi ketika itu dimainkan di tempat yang tidak layak, maka itu akan menjadi dorongan si penerima efek petasan untuk mengeluarkan umpatan walaupun cuma kecil-kecilan.
Dan itu jelas sangat mencederai bulan suci Ramadhan. Saya mempunyai kisah tentang dampak dari permainan petasan dan itu terjadi persis tadi pagi sehingga kalau menurut editorial pemberitaan ini masih masuk ke ranah breaking news atau berita terkini. Cerita ini berawal ketika tadi pagi saya rutin melakukan aktivitas bersepeda dan lari pagi.
Pilihan saya jatuh ke GOR Bambu Runcing sebagai tempat saya memuaskan hasrat mengeluarkan butiran-butiran keringat. Ketika saya sedang asyik berlari, tiba-tiba dari arah samping kanan datanglah segerombolan oknum anak-anak kecil yang dengan tanpa dosa melempar-lempar petasan putih kecil sebesar kakak korek api.
Sebagai insan yang tidak siap, tentu saja saya kaget. Itu hal yang sangat wajar dari sebuah ketidak tahuan. Untung bunyinya tidak keras, masih bisa diterima dengan wajar oleh telinga dan masih dalam ambang batas toleransi bunyi yang disarankan. Tapi yang membuat saya sedikit jengkel adalah bau atau aroma yang ditimbulkan itu sangat menusuk-nusuk hidung dari berbagai arah, membuat bulu-bulu hidung bekerja lebih keras, dan membangunkan upil yang sedang tertidur lelap.
Baunya mirip seperti bau keringat diketek yang berbulu, tetapi sesaat saya tersadar omegot ini khas bau bubuk mesiu. Dan saat itu terjadi saya seolah-olah seperti berada di tengah suasana Perang Dunia II, dengan backsound bunyi ledakan meriam yang berulang-ulang dengan bau yang sangat menyengat.
Dan aktivitas saya berlari seolah-olah juga seperti berlari mencari perlindungan.
Saya juga seperti melihat pelari-pelari lain kocar kacir menyelamatkan diri karena gempuran petasan yang bertubi-tubi. Sungguh suasana tadi sepertinya sangat heroik sekali. Bahkan saat saya berlari menjauh, saya sempat ketakutan setengah mati melihat penampakan sebuah benda kecil putih mirip petasan yang tadi, tapi setelah saya amati tenyata hanya puntung rokok atau tegesan.
Secara langsung dan tidak langsung ini jelas mencederai saya dan juga pelari-pelari lain dalam melakukan aktivitas olahraga di pagi hari, terutama dalam menghirup segarnya udara pagi.
Udara yang tadinya harum menyegarkan seketika berubah menjadi sengak menyesakkan. Hilang sudah kesegaran yang menjadi buruan para pelari amatiran. Buyar sudah semua gagasan yang lama sudah parkir di dalam pikiran yang menunggu untuk segera dieksekusi dan dilaksanakan. Dan petasan dalam kasus ini secara sah dan meyakinkan terbukti mengagetkan, mengganggu pendengaran, berpengaruh dalam kinerja otak dan pikiran.
Sungguh tadi pagi adalah pengalaman lari pagi dalam sejarah yang tercatat sebagai lari pagi yang penuh adegan memilukan dan mendebarkan. Untuk adik-adik yang masih ingin bermain petasan saya sarankan untuk segera dihentikan, atau kalau mendesak dilaksanakan harap mencari tempat yang lebih aman dan direkomendasikan.
Bisa di lapangan atau kalau perlu di tengah hutan, karena yang terdampak paling dik tarzan. Atau kalau saran saya mending anggaran untuk beli petasan itu dialihkan untuk pengadaan layangan atau kelereng berjumlah lusinan. Layangan bisa untuk uji nyali dalam bentuk sangkotan. Kelereng bisa untuk uji skill dalam bentuk setinan.

COMMENTS