Hari Jum'at kemarin sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh dokter saraf, saya mengantar ibu saya check up kontrol rutin bulanan ke RSK Ngesti Waluyo Parakan.
![]() |
| Mojok Bersama Danang |
Dan seperti yang sudah-sudah untuk mencapai tujuan mulia ini, pilihan saya jatuh pada angkutan kota jurusan Temanggung-Parakan dengan dress code kuning menyala dan ada semburat oranye di bagian bawahnya. Sekilas mirip livery bus patas Nusantara jurusan Semarang-Yogyakarta.
Saya dan ibu saya naik dari halte yang menjadi cikal bakal berdirinya halte-halte lain di Temanggung yaitu Halte Telkom. Angkutan kota melaju pelan tapi langsam. Suasana di dalamnya sangat khas dengan berbagai model, figur dan tipe penumpang. Ada yang membawa barang belanjaan, Ada pekerja kantoran, ada kuli bangunan, ada juga wanita setengah tua yang bermain hp di pojokan.
Asyik sekali dia menikmatinya mirip anak kecil kalau dibelikan mainan.
Saat ada penumpang yang naik hal yang jamak dilakukan adalah dia akan melempar pandangan untuk menyapu seluruh ruangan, berharap ada teman atau kawan yang bisa ditemukan. Tidak jarang mata mereka saling beradu pandang. Tapi jelas tidak di teruskan dengan diiringi nyanyian khas film india yang menjadikan pohon sebagai properti wajib, berlari dengan manja, dan berakhir dengan kisah percintaan yang menggelora. Melewati daerah brojolan, kisah ini akan mulai diceritakan.
Mungkin kisah yang sederhana ini akan menguras tenaga dan waktu anda untuk menyimaknya karena akan panjang seperti ular naga. Untuk yang sudah rampungan umbah-umbah dan bersih-bersih sangat saya sarankan sebagai bacaan melepas kepenatan. Tapi untuk yang belum, jangan coba-coba, terlebih kalau anda yang sedang berpuasa dan berinisiatif untuk menyimaknya sambil ditemani satu toples cemilan dan segelas minuman. Sekali lagi, jangan coba-coba dilakukan dan sangat tidak dianjurkan.
Alkisah, ada ibu-ibu yang naik dari perempatan Brojolan sebut saja bunga (maaf sepertinya kok malah mirip-mirip korban pelecehan ya). Atau biar fair ibu delima gitu saja. Saya menduga ibu delima ini sudah menjadi member tetap.
Ini bisa dilihat dari ucapan awal pembuka pembicaraan. Kata-kata "kok ndengaren" dan "kok piyambakan" itu salah satu bukti otentik yang tak terbantahkan. Ibu delima ini terbilang vokal dan tipe mendominasi obrolan di dalam angkutan.
Topik dan kejadian yang sedang viral di media angkutan pun sukses dia kuasai.
Mulai dari kenaikan tarif listrik, kenaikan harga sembako menjelang ramadhan, sulitnya mendapatkan LPG 3kg dan wafatnya Air PDAM.
Obrolan ringan yang diselingi sedikit keluhan dan diakhiri dengan slogan yang menyejukkan "untung masih ada dan bisa didapatkan". Obrolan ringan khas problema kehidupan dikemas apik dengan ditimpali berbagai argumen random dari para penumpang sehingga mirip rapper yang saling bersahut-sahutan.
Nyaris tidak ada obrolan berat dan menguras pikiran seperti berita terhangat tentang staf dan auditor BPK yang terjaring operasi tangkap tangan. Mereka tidak sedikitpun menyinggung masalah WTP. Yang mereka tahu WTP ya...Wajan Thermos Panci, teman-teman yang setia menemani sehari-hari.
Dan ketika asyik bercerita ibu delima tiba-tiba menoleh ke ibu saya dan spontan berjabat tangan.Untung tidak diikuti dengan salam komando. Saya sudah menduga ini pasti salah sasaran. Ternyata dugaan saya benar dan tidak meleset sedikitpun. Ibu delima mengira ibu saya adalah budhe saya. Mereka memang kembar dan mirip.
Budhe saya memang aktif berbelanja dipasar dan membuka warung di rumah. Ibu delima lalu dengan rendah hati meminta maaf. Menurut saya ibu delima tidak perlu minta maaf. Justru saya bangga. Ibu delima patut saya acungi 4 jempol 5 pujian. Ditengah himpitan kenaikan harga-harga, dan berbagai siasat dan cara mengatasinya yang tentu membutuhkan "space" ingatan yang sungguh menguras pikiran, ibu delima masih menyisakan sedikit memorinya untuk mengingat-ingat wajah dan muka. Inilah kepedulian yang sesunggunya.
Dan itu membuat saya bersyukur masih bisa hidup di tengah-tengah mereka. Dan ketika akan turun ditempat tujuan, ada ibu-ibu yang dengan bangga memberikan reward kepada ibu delima dengan kategori Lifetime Achievement sebagai Ibu Paruh Baya Yang Menginspirasi.
Dengan sukarela dia mbayari atau "njajakke ongkos" angkutan ibu delima.
Sejurus kemudian meluncurlah kalimat ucapan syukur dan terima kasih dari mulut mungilnya. Dan lagi-lagi saya bersyukur mendapat pelajaran berharga dari fenomena angkutan kota ini.
Dan ternyata setelah saya amati, ternyata penyebabnya tak lain tak bukan adalah bangku yang saling berhadap-hadapan. Mereka bisa langsung berinteraksi. Ini juga sesuai prinsip penyelesaian masalah secara berdialog dengan metode face to face. Posisi bangku ternyata juga bisa menginspirasi.Kesederhanaan yang menampar wajah mereka-mereka yang sibuk berkonflik tanpa tahu ujung pangkalnya.
Saya berharap angkutan kota tetap konsisten dengan model seperti ini hingga akhir zaman. Jangan tergoda oleh mode angkutan lain dengan sistem bangku yang menghadap kedepan. Saya berandai-andai kalo misal sesuai perkembangan zaman dan berbagai tuntutan, angkutan kota berubah wujud seperti sistem yang dianut maskapai penerbangan, maka akan ada pramu angkot yang dengan senyum simpul dan manis menyegarkan dengan diiringi suara rekaman yang ramah, empuk, dan mendebarkan memperagakan instruksi dengan diiringi gerakan :
"Selamat pagi para penumpang yang semoga masih berbahagia.
Berjumpa lagi dengan kami awak angkutan kota yang menjadi pelayan anda dalam mencapai tujuan yang diinginkan."
Angkutan ini memiliki rute yang sangat bersahabat yaitu start dari Temanggung dan finish di Parakan. Dan tentunya bisa diulang sampai beberapa kali sesuai kebutuhan. Pintu untuk akses keluar masuk penumpang terdapat di sisi kiri dengan sistem lipatan. Harap siapkan uang pas untuk ongkos pembayaran karena kami belum tentu punya uang kembalian.
Pelajar kami prioritaskan dengan tarif yang spesial murah meriah karena ditangan mereka akan lahir putra putri terbaik bangsa yang sarat prestasi dan berpendidikan. Bila ingin turun, harap memberi kode tanda minimal 30 detik sebelumnya. Bisa berupa ketukan, suitan, dan ujaran destinasi yang diinginkan. Itu agar pak sopir bisa bersiap-siap secara lahiriah ataupun batiniah. Jangan mendadak. Jangan tiba-tiba karena bisa mengganggu kenyamanan penumpang lainnya. Turunlah dengan kaki kiri terlebih dahulu walaupun anda tidak kidal. Ini bukan karena paksaan tapi sudah melalui studi dan penelitian. Atau anda ingin mencoba dengan kaki kanan dulu sebagai tumpuan?
Mari silahkan..
Jangan mengeluarkan anggota badan, apalagi yang berpotensi menimbulkan kehebohan. Entah itu berupa jeritan, makian, ujaran keprihatinan atau instruksi yang meminta agar segera di masukkan.
Saya dan Pak Sopir mengucapkan selamat menikmati perjalanan. Semoga selamat sampai tujuan bertemu keluarga dan handai taulan. Jangan kapok seperti anak kecil takut suntikan.
Berbagilah pengalaman dan perbanyak interaksi kepada penumpang lain, karena akan memperbanyak teman, menambah kawan, dan mengurangi lawan.
Semoga pelayanan kami bisa memberi kepuasan anda luar dalam, atas bawah, depan belakang.."
Danang Adi Cahyono
Danang Adi Cahyono


COMMENTS